A. LAPORAN PENYIMPANAN DAN PEMELIHARAAN SARANA DAN
PRASARANA
A.
Laporan
Laporan sarana dan prasarana kantor adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk melaporkan keadaan sarana dan prasarana kantor,
baik persediaan, mutasi, maupun keadaan fisik dari sarana dan prasarana
tersebut dalam periode waktu tertentu (triwulan, semester, atau setahun).
Dalam melakukan evaluasi seluruh asset sekolah maka
diperlukan data laporan. Laporan yang valid bisa diterbitkan oleh user admin
apabila semua data yang dibutuhkan pada sistem informasi sarana prasarana
seluruhnya telah terisi. Data laporan sangat dibutuhkan oleh Bagian Sarana dan
Prasarana untuk digunakan sebagai dasar kebijakan dalam pengelolaan manajemen
sarana prasarana. Laporan akan menghasilkan data-data sebagai berikut :
1.
Daftar inventaris barang
2.
Laporan mutasi barang
Laporan sarana prasarana adalah suatu kegiatan yang
bertujuan untuk melaporkan keadaan sarana dan prasrana kantor, baik persediaan,
mutasi maupun keadaan fisik dari sarana prasrana tersebut dalam periode
tertentu.
Fungsi adanya laporan adalah:
1. Sebagai bahan pertanggungjawaban
2. sebagai pengendali persediaan
3. memberikan informasi tentang barang yang tersedia dan
mutasi barang
4. sebagai dasar/bahan dalam pengambilan keputusan
pimpinan.
Dalam menyampaikan laporan sebaiknya dilampiri dengan:
1. Bukti penerimaan barang
2. bukti pembelian barang
3. Bukti pengeluaran barang
4. Kartu barang
5. Kartu persediaan
6. Daftar inventaris
7. Daftar rekapitulasi barang inventaris
Teknik pembuatan laporan dapat disusun sebagai berikut:
1. Memeriksa barang
2. menghitung persediaam baeang awal tahun anggaran
3. menghitung penerimaan dan pengadaan barang
4. menghitung pengeluaran barang
5. menghitung sisa persediaan
6. mencatat mutasi barang
7. melaporkan kepada atasan atau pimpinan
BUKTI PENERIMAAN BARANG
Penerimaan Barang
Pengertian
Penerimaan Barang adalah “Menerima fisik barang dari pabrik, prinsipal atau
distributor yang disesuaikan dengan dokumen pemesanan dan pengiriman dan dalam
kondisi yang sesuai dengan persyaratan penanganan barangnya”
Didalam aktifitas penerimaan barang ini terdapat 3 point penting yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya:
Didalam aktifitas penerimaan barang ini terdapat 3 point penting yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya:
1.
Fisik barang yang
diterima
2.
Dokumentasi
3.
Cara penangananbarang
1.
Fisik Barang Yang
Diterima
Aadalah bentuk fisik barang yang harus dapat dirasa, diraba atau dilihat langsung. Penerimaan yang bukan berupa fisik barang dapat menyebabkan perbedaan proses dan hasil yang akan dicapai. Pada umumnya hasilnya adalah negatif. Jika ada penerimaan tanpa harus menangani fisik barangnya, maka perlu dilakukan proses tambahan untuk memastikan keabsahan proses tsb.Prinsip penerimaan barang adalah menerima FISIK BARANG secara langsung. Bukan hanya DOKUMENnya saja. Secara fisik, barang dapat dilihat, diraba atau dirasa dan dapat dibandingkan dengan dokumen pengantaran. Pengecekan acak atau keseluruhan kondisi isi kemasan Tanggal Kadaluarsa barang, nomor batch Kuantitas barang VS dokumen
Aadalah bentuk fisik barang yang harus dapat dirasa, diraba atau dilihat langsung. Penerimaan yang bukan berupa fisik barang dapat menyebabkan perbedaan proses dan hasil yang akan dicapai. Pada umumnya hasilnya adalah negatif. Jika ada penerimaan tanpa harus menangani fisik barangnya, maka perlu dilakukan proses tambahan untuk memastikan keabsahan proses tsb.Prinsip penerimaan barang adalah menerima FISIK BARANG secara langsung. Bukan hanya DOKUMENnya saja. Secara fisik, barang dapat dilihat, diraba atau dirasa dan dapat dibandingkan dengan dokumen pengantaran. Pengecekan acak atau keseluruhan kondisi isi kemasan Tanggal Kadaluarsa barang, nomor batch Kuantitas barang VS dokumen
2.
Dokumentasi
Dokumen pemesanan; barang diterima berdasarkan adanya dokumen yang mendasari berapa barang yang harus diterima, jenis barangnya apa dan untuk memastikan bahwa barang yang diterima adalah sama dengan barang yang dikirimkan.Dokumen adalah pendamping barang yang secara fisik dapat dibaca dan dicocokan dengan barang yang dikirimkan. Dokumen yang diperlukan minimal dokumen pengiriman (DN (Delivery Note), DO (Delivery Order), Packing List atau Surat Jalan). Akan lebih baik jika dokumen Pemesanan (PO-Purchase Order) dilampirkan juga.
Dokumen pemesanan; barang diterima berdasarkan adanya dokumen yang mendasari berapa barang yang harus diterima, jenis barangnya apa dan untuk memastikan bahwa barang yang diterima adalah sama dengan barang yang dikirimkan.Dokumen adalah pendamping barang yang secara fisik dapat dibaca dan dicocokan dengan barang yang dikirimkan. Dokumen yang diperlukan minimal dokumen pengiriman (DN (Delivery Note), DO (Delivery Order), Packing List atau Surat Jalan). Akan lebih baik jika dokumen Pemesanan (PO-Purchase Order) dilampirkan juga.
3.
Cara Penanganan
Barang
Persyaratan penanganan; kondisi khusus yang harus disiapkan pada saat barang tsb diterima. Apakah perlu ditangani pada suhu/temperatur khusus atau perlu dilakukan penanganan khusus dikarenakan faktor beratnya, tingkat kesulitannya atau masalah lainnya. Tangani barang sesuai dengan siklus hidupnya
o Suhu
o Kadaluarsa
o Maksimal tumpuka
Persyaratan penanganan; kondisi khusus yang harus disiapkan pada saat barang tsb diterima. Apakah perlu ditangani pada suhu/temperatur khusus atau perlu dilakukan penanganan khusus dikarenakan faktor beratnya, tingkat kesulitannya atau masalah lainnya. Tangani barang sesuai dengan siklus hidupnya
o Suhu
o Kadaluarsa
o Maksimal tumpuka
·
Gunakan peralatan
yang sesuai
o Pallet
o Drum
o Forklit
o Pallet
o Drum
o Forklit
·
Pahami aturan
keselamatannya
o Kimia
o Racun
o Meledak
o Kimia
o Racun
o Meledak
Secara
umum dapat dinyatakan bahwa penerimaan barang merupakan aktifitas operasional
gudang yang sangat penting karena merupakan awal dari penanganan barang.
Logika umum mengatakan bahwa penerimaan barang yang baik saja masih memungkinkan terjadinya kerusakan/kesalahan barang didalam gudang, terlebih jika pada saat penerimaan barang ditangani dengan cara yang tidak benar, dijamin kerusakan/kesalahan tsb pasti terjadi.
Tahapan Penerimaan Barang:
1. Masuk gudang.
2. Parkir dan antri.
3. Bongkar muat di loading dock.
4. Penyusunan barang bongkaran.
5. Pengecekan barang vs dokumen.
6. Pemasukan data kedalam system (GRN).
7. Legitimasi dokumen.
8. Keluar gudang.
Logika umum mengatakan bahwa penerimaan barang yang baik saja masih memungkinkan terjadinya kerusakan/kesalahan barang didalam gudang, terlebih jika pada saat penerimaan barang ditangani dengan cara yang tidak benar, dijamin kerusakan/kesalahan tsb pasti terjadi.
Tahapan Penerimaan Barang:
1. Masuk gudang.
2. Parkir dan antri.
3. Bongkar muat di loading dock.
4. Penyusunan barang bongkaran.
5. Pengecekan barang vs dokumen.
6. Pemasukan data kedalam system (GRN).
7. Legitimasi dokumen.
8. Keluar gudang.
Penerimaan barang merupakan segala awal arus barang yang bergerak di
gudang. Penerimaan barang dari pemasok atau rekanan memang kelihatan mudah,
namun bila hal ini tidak memiliki sistem yang mengatur, maka bisa dipastikan
akan mengganggu produktifitas. Berikut adalah hal-hal penting dalam penerimaan
barang :
1. Bukti pesanan barang dari Gudang (untuk
memastikan pesanan barang dalam spesifikasi tepat)
2. Bukti Tanda Barang diterima (untuk penagihan)
3. Cek Bukti Pemesanan dengan Fisik Barang
4. Cek Expired Date dan Kondisi Barang
5. Memasukkan Barang ke Penyimpanan
3. Cek Bukti Pemesanan dengan Fisik Barang
4. Cek Expired Date dan Kondisi Barang
5. Memasukkan Barang ke Penyimpanan
Bukti Tanda Terima Barang serta Faktur
akan berhubungan dengan penagihan uang. Bukti Tanda Terima barang akan
dijadikan dasar oleh pihak supplier untuk menagih ke pemesan barang. Pentingnya
untuk membuat Bukti Tanda Terima Barang ini asli dan ada tanda-tanda yang
dilampirkan, semisal PO atau surat lain yang menjamin keaslian dokumen ini.
Blangko penerimaan barang

Contoh Berita Acara Penerimaan Barang
PEMERINTAH
KABUPATEN KONAWE SELATAN BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
Jl.
Poros Andoolo No. 1 (Kompleks Perkantoran) 0408 22600
BERITA ACARA PENERIMAAN BARANG
Nomor: / /BAPPEDA/XII/2011
Pada hari ini Kamis tanggal Delapan Bulan Desember Tahun Dua Ribu Sebelas, bertempat di Andoolo Kabupaten Konawe Selatan, kami yang bertanda tangan dibawah ini:
I.Nama : .................................
NIP : .................................
Jabatan : ....................................
Alamat : ....................................
Bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Daerah Kabupaten Konawe Selatan, Kuasa Pengguna Anggaran BAPPEDA, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA (I)
II.Nama : ....................................
Jabatan : .......................................
Alamat : ........................................
Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA (II)
Dengan ini menyatakan sebagai berikut:
1. PIHAK PERTAMA (I) telah menerima barang berupa Bukti Pembuatan Rubrik Berita dan Banner/Iklan Konsel dari PIHAK KEDUA (II).
2. PIHAK KEDUA (II) menyerahkan barang tersebut kepada PIHAK PERTAMA (I) dalam keadaan baik/lengkap dan sempurna sesuai dengan Surat Perjanjian Kerja (Kontrak) nomor: 602/103.1/KONTRAK-DBH-BAPPEDA/V/2011.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk diketahui dan dipergunakan seperlunya.
PIHAK KEDUA (II) PIHAK PERTAMA (I)
....................... ...............................
BUKTI PEMBELIAN BARANG
Jika di lihat Pada Ayat (2) Bukti
pembelian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, digunakan untuk Pengadaan
Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Muminet -Menurut
Pasal 55 Perpres RI No. Nomor 70 tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah ayat (1) Tanda bukti perjanjian terdiri dari :
a).
bukti pembelian.
b).
kuitansi.
c).
Surat Perintah Kerja (SPK)
d).
surat perjanjian.
Jika di lihat Pada
Ayat (2) Bukti pembelian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, digunakan
untuk Pengadaan Barang/Jasa yang nilainya sampai dengan Rp10.000.000,- (sepuluh
juta rupiah).
Bukti
Pembelian/Invoice/Faktur penjualan adalah dokumen yang digunakan sebagai
pernyataan tagihan yang harus dibayar oleh customer/pelanggan . Dalam bentuk sederhana dikenal dengan
namaBON. Pada transaksi yang nominalnya relatif
kecil, biasanya invoice digunakan langsung sebagai dokumen tagihan
sedangkan pada perusahaan yang nominal transaksinya besar
biasanya dilengkapi dengan surat tagihan / kuitansi.
Blangko pembelian barang

KARTU BARANG
Blangko kartu barang

KARTU PERSEDIAAN BARANG
A. PENGERTIAN PERSEDIAAN DAN KARTU PERSEDIAAN
Secara umum istilah persediaan menunjukan barang yang dimiliki untuk dijual atau barang yang akan diolah menjadi produk untuk dijual.
Pada perusahaan dagang persediaan adalah persediaan barang dagangan (merchandise inventory), sedangkan dalam perusahaan manufaktur persediaan meliputi persediaan bahan baku (material inventory ), persediaan barang dalam proses ( work in process ), dan persediaan produk jadi (finished goods inventory).
Kartu persediaan dalam perusahaan terdiri dari kartu persediaan kantor ( stock card ), dan kartu persediaan gudang ( bin card ) atau lebih dikenal dengan kartu gudang. Kartu persediaan adalah kartu yang digunakan untuk mencatat mutasi persediaan barang.
B. FUNGSI KARTU
PERSEDIAAN
Kartu persediaan pada dasarnya berfungsi sebagai tempat untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan barang. Pencatatan dalam kartu utang persediaan harus menyediakan informasi persediaan yang setiap waktu diperlukan seperti :
a. Memberikan informasi persediaan barang tentang jumlah dan nilainya.
b. Memberikan data persediaan barang dagangan yang diperlukan untuk kepentingan perhitungan dan analisis.
c. Mengontrol penerimaan, penyimpanan, dan pemakaian persediaan barang dagangan.
Kartu persediaan pada dasarnya berfungsi sebagai tempat untuk mencatat mutasi tiap jenis persediaan barang. Pencatatan dalam kartu utang persediaan harus menyediakan informasi persediaan yang setiap waktu diperlukan seperti :
a. Memberikan informasi persediaan barang tentang jumlah dan nilainya.
b. Memberikan data persediaan barang dagangan yang diperlukan untuk kepentingan perhitungan dan analisis.
c. Mengontrol penerimaan, penyimpanan, dan pemakaian persediaan barang dagangan.
C. SISTEM PENCATATAN
PERSEDIAAN
Ada 2 sistem pencatatan yang digunakan dalam pencatatan persediaan yaitu, sistem periodik (phisical system), dan sistem perpetual (perpetual system).
1. SISTEM PERIODIK
Prosedur pencatatan persediaan dalam sistem ini adalah sebagai berikut :
Ada 2 sistem pencatatan yang digunakan dalam pencatatan persediaan yaitu, sistem periodik (phisical system), dan sistem perpetual (perpetual system).
1. SISTEM PERIODIK
Prosedur pencatatan persediaan dalam sistem ini adalah sebagai berikut :
a. Faktur pembelian dicatat dalam jurnal
pembelian dengan mendebet akun pembelian dan kredit akun utang dagang.
b. Memo kredit dari
kreditor, sebagai bukti transaksi retur pembelian dicatat dalam jurnal umum
atau jurnal pembelian retur dengan mendebet akun utang dagang dan kredit akun
retur pembelian.
c. Faktur penjualan
dicatat dalam jurnal penjualan dengan mendebet akun piutang dagang dan kredit
akun penjualan.
d. Memo kredit yang dikirimkan kepada debitur sebagai bukti transaksi retur penjualan dicatat dalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan dengan mendebet akun retur penjualan dan kredit piutang dagang.
d. Memo kredit yang dikirimkan kepada debitur sebagai bukti transaksi retur penjualan dicatat dalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan dengan mendebet akun retur penjualan dan kredit piutang dagang.
2. SISTEM PERPETUAL
Prosedur pencatatan persediaan dalam metode ini adalah sebagai berikut :
a. Faktur pembelian dicatat dalam jurnal pembelian dengan mendebet akun persediaan dan kredit akun utang dagang.
b. Memo kredit yang diterima dari kreditur sebagai bukti transaksi retur pembelian :
- dicatat dalam jurnal umum atau jurnal retur pembelian dengan mendebet akun utang dagang dan kredit akun persediaan.
- dicatat dalam kartu persediaan barang dagangan yang bersangkutan sebagai mutasi keluar sebesar harga beli barang yang dikembalikan kepada kreditur.
c. Faktur penjualan sebagai bukti transaksi penjualan kredit :
- dicatat dalam jurnal penjualan dengan mendebet akun piutang dagang dan kredit akun penjualan sebesar harga penjualan.
- HPP barang yang dijual dicatat debet akun harga pokok penjualan dan kredit akun persediaan.
- HPP barang yang dijual dicatat dalam kartu persediaan barang yang bersangkutan sebagai mutasi keluar.
d. Memo kredit yang dikirimkan kepada debitur sebagai bukti transaksi retur penjualan :
- dicatat dalam jurnal umum atau jurnal retur penjualan dengan mendebet akun retur penjualan dan kredit akun piutang dagang.
- harga pokok barang yang diterima kembali dicatat debet akun persediaan dan kredit harga pokok penjualan.
- harga pokok barang yang diterima kembali dicatat dalam kartu persediaan barang yang bersangkutan sebagai mutasi masuk.
D. PENILAIAN PERSEDIAAN
1. DALAM PENCATATAN SISTEM PERIODIK
Dalam pencatatan ini nilai persediaan akhir periode diketahui setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik kemudian dikalikan dengan harga satuannya.
Metode yang dapat digunakan dalam pencatatan sistem ini adalah sebagai berikut :
a. Metode tanda pengenal khusus
b. Metode rata- rata
c. Metode FIFO ( first in first out )
d. Metode LIFO ( last in first out )
e. Metode penilaian dasar
f. Metode taksiran
2. DALAM PENCATATAN SISTEM PERPETUAL
Metode yang dapat digunakan dalam pencatatan sistem ini adalah sebagai berikut :
a. Metode FIFO ( first in first out )
b. Metode LIFO ( last in first out )
c. Metode rata- rata
a). Metode rata-rata
sederhana (simple average method)
Harga rata-rata per
satuan barang dihitung terlebih dahulu dengan cara membagi total harga per
satuan setiap transaksi pembelian dengan jumlah pembelian termasuk awal
periode. Nilai persediaan barang diperoleh dari hasil kali harga rata-rata per
satuan barang dengan sisa barang
b). Metode rata-rata tertimbang (weighted average method)
Harga rata-rata per
satuan barang dihitung dengan cara membagi jumlah harga pembelian barang yang
tersedia dijual dengan jumlah barang yang tersedia (kuantitas). Nilai
persediaan akir periode adalah hasil kali kuantitas persediaan dengan harga
satuan
c). Masuk pertama keluar pertama
(FIFO method)
Barang
yang lebih dahulu masuk (dibeli) dianggap yang lebih dulu keluar (dijual).
Nilai persediaan akhir dihitung dengan cara mengalikan barang yang masih ada
dengan harga per satuan
d). Masuk terakhir keluar pertama
(LIFO method)
Barang yang lebih
terakhir masuk (dibeli) dianggap yang lebi dulu keluar (dijual). Nilai
persediaan akhir dihitung dengan cara mengalikan barang yang masih ada dengan
harga per satuan
e). Metode persediaan dasar (Basic Stock Method)
Persediaan dasar
adalah persediaan secara minimal harus ada untuk mempertahankan kestabilan
jumlah persediaan barang dagangan suatu perusahaan. Nilai persediaan barang
dagang akhir periode dihitung sebagai berikut
f). Metode taksiran
Metode laba kotor (gross margin method), adalah barang
tersedia, penjualan bersih presentase laba kotor dari penjualan bersihmerupakan
unsure untuk menghitung persediaan akhir (barang tersedia untuk di
jual-(penjualan bersih-laba kotor))
Metode harga eceran (retail method)
Menurut metode ini nilai
persediaan akhir adalah harga jual seluruh barang menurut harga eceran dan
hasil penjualan yang telah terjadi.
2.
DALAM PENCATATAN SISTEM PERPETUAL
1. Metode FIFO
Nilai persediaan akhir barang dagang dihitung dengan
mengasumsikan barang yang masuk pertama adalah barang yang dijual lebih dulu
dan kekurangannya mengambil barang yang masuk berikutnya
2. Metode LIFO
Nilai persediaan akhir barang dagang dihitung dengan
anggapan barang yang terakhir masuk yang lebih dulu dijual dan kekurangannya
mengambil barang yang sudah masuk sebelumnya
3. Metode rata-rata bergerak (moving average method)
Setiap terjadi transaksi pembelian harus dihitung
harga beli rata-rata tiap satuan, sehingga harga barang tiap satuan selalu
berubah-ubah. Harga rata rata tiap satuan sebagai dasar untuk menghitung nilai
persediaan akhir barang dagang
E. PENGISIAN KARTU PERSEDIAAN BARANG
Lajur 1 : diisi tanggal
penerimaan/pengeluaran barang.
Lajur 2 : diisi n!m!r dan tanggal
surat dasar penerimaan/pengeluaran.
Lajur 3 : diisi asal penerimaan /
unit yang menerima barang.
Lajur 4 : diisi jumlah barang setiap
kali masuk / penerimaan.
Lajur 5 : diisi jumlah barang setiap
kali keluar.
Lajur 6 : diisi jumlah sisa barang
yang ada dalam gudang / persediaan.
Lajur 7 : diisi harga satuan tiap
barang yang diterima / dikeluarkan.
Lajur 8 : diisi jumlah harga barang
yang diterima.
Lajur 9 : diisi jumlah harga barang
yang dikeluarkan.
Lajur 10 : diisi jumlah harga barang yang sisa sebagai
persediaan.
Lajur 11 : diisi keterangan yang diperlukan.
1.Dalam
Pencatatan Sistem Inventarisasi Fisik
Dalam pencatatan sistem fisik, nilai persediaan barang akhir periode diketahui
setelah kuantitas barang yang tersedia dihitung secara fisik, kemudian
dikalikan dengan harga satuannya. Harga satuan barang yang digunakan Sebago
dasar penilaian persediaan, bergantung pada metode penilaian yang digunakan.
Metode
Pencatatan Persediaan
Dalam hubungan dengan jenis dan ukuran dan harga
barang, persediaan barang dapat dicatat dengan beberapa metode, antara lain
sebagai berikut.
a.
Metode pencatatan persediaan
individual, digunakan apabila :
1. Barang secara individu dapat dibedakan dengan barang
sejenis lainnya. Misalnya dari merk, nomor dan tahun pembuatannya
2. Harganya relative tinggi, misalnya mesin jahit,
televise, kendaraan dan sebagainya
b.
Metode pencatatan kolektif,
digunakan untuk barang-barang yang :
1. Secara individual tidak dapat dibedakan dengan barang
sejenis lainnya.
2. Hargaya relative murah, misalnya sabun mandi, sampo,
mentega, dan sebagainya
2. Pencatatan Mutasi Persediaan
dalam Kartu Persediaan
Dokumen transaksi yang dicatat dalam kartu persediaan
, tentu dokumen transaksi yang mengakibatkan terjadi mutasi persediaan seperti
faktur pembelian, faktur penjualan dan memo kredit baik untuk transaksi retur
pembeliaan maupun untuk retur penjualan. Pencatatan mutasi persediaan,
khususnya untuk mutasi keluar, menyangkut penerapan metode penilaian persediaan
yang digunakan, khususnya dalam penerapan sistem pencatatan perpetual. Dalam
penerapan sistem inventarisasi fisik pada dasarnya sama, sepanjang jenis barang
tidak terlalu banyak dan harga satuannya relative tinggi.
3.Laporan Persediaan Barang
Salah satu tugas Bagian Kartu Persediaan yaitu membuat
laporan persediaan barang secara periodik, misalnya pada tiap akhir bulan atau
dalam tiga bulan sekali (Triwulan). Dalam pencatatan sistem perpetual, mutasi
tiap jenis barang tampa dalam kartu persediaan. Contoh format laporan persedian
barang :
No.
|
Ket.
|
Jenis barang
|
Persediaan 1 juli 2009
|
Mutasi
|
Persediaan 31 juli 2009
|
|||||
Jumlah satuan
|
Jumlah harga
|
Masuk
|
Keluar
|
Jumlah satuan
|
Jumlah harga
|
|||||
Jumlah satuan
|
Jumlah harga
|
Jumlah satuan
|
Jumlah harga
|
|||||||
4. Pencatatan Mutasi barang dalam kartu gudang
Sebagai tempat mencatat mutasi
( keluar masuknya ) kuantitasnsetiap jenis barang, sehingga kuantitas
persediaan barang setiap waktu dapat diketahui. Berdasarkan data catatan dalam
kartu gudang, dapat dibuat laporan kuantitas persediaan tiap jenis barang
secara periodik. Dokumen pendukung pencatatan dalam kartu gudang terdiri ats :
a. Tembusan
laporan penerimaan barang, dicatat sebagai mutasi masuk
b. Tembusan
faktur penjualan tunai, dicatat sebagai mutasi keluar
c. Surat
order pengiriman, dicatat sebagai mutasi keluar
d. Tembusan
memo kredit sebagai bukti transaksi pembelian retur, dicatat sebagai mutasi
keluar
e. Tembusan
memo debit sebagai bukti transaksi penjualan retur, dicatat sebagai mutasi
masuk.
5. Laporan Persediaan Gudang
Pencatatan mutasi tiap jenis
barang dilakukan seperti pada kartu gudang. dalam keadaan tertentu, laporan
persediaan gudang dapat dibuat berdasarkan data kartu gudang, dalam artian
tidak dibuat berdasarkan hasil pemeriksaan barang secara fisik. Dalam hal
demikian, laporan dapat dibuat dengan menginformasikan sisa awal periode,
mutasi masuk, mutasi keluar, dan sisa akhir periode.
1.
Pencatatan
Selisih Kuantitas Persediaan
Sering terjadi selisih antara kuantitas
barang menurut kartu gudang dengan kuantitas barang bias timbul karena
kesalahan perhitungan fisik barang saat terjadi mutasi, kerusakan, barang susut
jika satuannya kg, atau karena kekeliruan pencatatan dalam kartu gudang.
Apabila terjadi selisih
kuantitas barang antara data kartu gudang dengan hasil perhitungan fisik,
sepanjang selisih yang timbul dipandang tidak cukup berarti (wajar), kuantitas
barang yang dilaporkan adalah kuantitas menurut hasil penghitungan fisik yang
sudah diverifikasikan. Catatlah dalam kartu gudang harus diubah, disesuaikan
dengan hasil penghitungan fisik.
selisih yang terjadi bias selisih lebih, bisa juga selisih kurang. Selisih lebih, artinya kuantitas barang menurut penghitunag fisik lebih tinggi daripada kuantitas barang menurut kartu gudang. Dalam hal demikian, selisih kuantitas barang dicatat dalam kartu gudang sebagai mutasi masuk. Selisih kurang, artinya kuantitas barang menurut penghitungan fisik lebih rendah daripada kuantitas barang menurut kartu gudang. selisih kurang dicatat dalam kartu gudang sampai mutasi keluar.
selisih yang terjadi bias selisih lebih, bisa juga selisih kurang. Selisih lebih, artinya kuantitas barang menurut penghitunag fisik lebih tinggi daripada kuantitas barang menurut kartu gudang. Dalam hal demikian, selisih kuantitas barang dicatat dalam kartu gudang sebagai mutasi masuk. Selisih kurang, artinya kuantitas barang menurut penghitungan fisik lebih rendah daripada kuantitas barang menurut kartu gudang. selisih kurang dicatat dalam kartu gudang sampai mutasi keluar.
Blangko persediaan

DAFTAR INVENTARIS
Pengertian
Inventarisasi
Inventarisasi berasal
dari kata “ inventaris” yang berarti daftar barang – barang. Jadi inventarisasi
adalah kegiatan untuk mencatat dan menyusun barang – barang/ bahan yang ada
secara benar menurut ketentuan yang berlaku.
Inventarisasi
ini dilakukan dalam rangka penyempurnaan pengurusan dan pengawasan yang efektif
terhadap barang – barang milik negara (atau swasta). Inventarisasi juga
memberikan masukan yang sangat berharga bagi efektifitas pengelolaan saran adan
prasarana.
Inventarisasi
dilakukan terhadap barang – barang yang tidak habis pakai, yang bagi sekolah negeri terdiri dari barang – barang milik
negara. Barang – barang tersebut dibeli atau diadakan dengan mempergunakan dana
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik seluruhnya maupun sebagian.
Inventarisasi
harus dilaksanakan berdasarkan ketentuan – ketentuan dari pemerintah, termasuk
juga yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Beberapa dari
peraturan perundang – undangan itu adalah:
1. Intruktur Presiden No.3 Tahun
1971, tentang Inventaris Barang Milik Negara/ Kekayaan Negara.
2. Surat Keputusan Menteri
Keuangan RI No. 222/MK/V/4/1972 tanggal 13 April 1971 tentang Pedoman
Pelaksanaan Inventarisasi barang – barang milik negara di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Instruksi Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan No. 10/M/1976 tentang Pelaksanaan Inventarisasi dan Penyampaian
Laporan Triwulan Mutasi Barang Inventarisasi Milik Negara.
4. Surat Edaran Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 421 16/E/74 tentang Inventarisasi barang yang
dipakai/ dikuasai pejabat/ Pegawai yang dimutasikan.
Ketentuan
tersebut bukanlah sesuatu yang statis. Oleh karena itu tidak mustahil
dikeluarkan peraturan yang baru untuk mengganti, memperbaiki, dan melengkapi
peraturan yang lama.
Daftar
Inventarisasi yang dibuat secara berkala sekurang – kurangnya setahun sekali
itu perlu memperhatikan perkembangan barang termasuk juga pengurangannya.
Dengan demikian inventarisasi secara kontinyu dapat diharapkan kegiatan
administrasi akan berjalan secara berdaya dan berhasil guna. Inventarisasi
mempunyai tujuan pokok sebagai berikut:
a. Inventarisasi bermaksud
memudahkan pelaksanaan kegiatan pengawasan/ kontrol, baik dalam penggunaan
keuangan negara maupun dalam menilai tanggung jawab pemeliharaan dan
penghematan barang milik negara.
b. Inventarisasi dapat membantu
pimpinan dalam merencanakan, mengadakan, menyalurkan, menyimapan dan memelihara
serta menghapus barang secara bertanggung jawab.
c. Inventarisasi mempercepat
proses pembuatan laporan, baik yang harus disampaikan secara tetap pada setiap
triwulan, semester atau tahunan maupun yang harus disampaikan secar berkala
apabila diminta oleh atasan.
Kegiatan
dalam inventarisasi meliputi kegiatan klasifikasi dan kode barang inventarisasi
serta pelaksanakan inventarisasi itu sendiri. Untuk lebih jelasnya dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Klasifikasi dan kode barang
inventarisasi
Pada
dasarnya klasifikasi dan pemberian kode barang tersebut adalah agar terdapat
cara yang cukup mudah dan efisien untuk mencatat dan sekaligus untuk mencari
dan menemukan kembali barang tertentu, baik secara fisik maupun melalui daftar
catatan. Untuk keperluan tersebut maka dibuatlah lambang/ sandi/ kode sebagi
pengganti nama untuk tiap golongan/ kelompok/ jenis barang.
Sandi
atau kode barang menggunakan bentuk angka bilangan 9numerik) yang pada umumnya
terdiri dari tujuh angka yang tersusun menjadi dua kelompok bilangan, yaitu
tiga angka didepan dan empat angka di belakang. Kedua kelompok tersebut
dipisahkan dengan sebuah tanda titik.
Angka
pertama dari susunan tiga angka didepan, menyatakan jenis formulir atau kode
golongan barang. Dua angka berikutnya menunjukan sandi/ kode pokok untuk
kelompok barang serta nomor urut barang. Empat angka dibelakang titik
menunjukan kelompok barang serta nomor urut barang.
b.Pelaksanaan Inventaris
Di
dalam inventarisasi diperlukan dua jenis buku yaitu:
1) Buku Induk Inventaris
Buku
ini untuk mencatat semua barang inventaris milik/ kekayaan negara yang berada
di lingkungan kantor/ proyek/ satuan organisasi yang bersangkutan menurut
urutan penerimaan barang. Barang yang dicatat adalah semua barang yang dimiliki
sejak awal permulaan, yang dapat bertambah dari tahun ke tahun sesuai dengan
kemampuan pengadaan barang.
Kolom
– kolom yang ada dalam buku inventaris yaitu: No. urut, Tanggal Pembukaan, Kode
Barang, Nama Barang, Merk/ Ukuran, jumlah, keadaan/ mutunya, harga (satuan dan
keseluruhan), Tahun Pembuatan, Tahun Pembelian, Asal/ Sumber dan Kolom
Keterangan.
2) Buku Golongan Inventaris
Buku
golongan inventaris adalah buku pembantu tempat mencatat barang – barang
inventaris golongan barang (diambil dari Buku Induk Inventaris) menurut
jenisnya masing – masing, seperti inventarisasi bangunan, termasuk rumah dinas,
inventarisasi tanah dan lain – lain.
Kolom
– kolom yang ada dalam buku golongan inventaris ini sama dengan kolom yang ada
pada buku induk dengan tambahan judul mengenai golongan/ jenis barang di bagian
atas dan penambahan satu kolom tentang tempat/ lokasi barang yang
diinvestasikan.
Kegiatan wajib yang dilakukan
dalam pelaksanaan inventarisasi adalah
a) Mencatat semua barang
inventaris di dalam buku induk inventaris dan buku pembantu “Buku Golongan
Inventaris”.
b) Memberikan koding pada barang
– barang yang diinventarisasikan.
c) Membuat laporan triwulan tentang
laporan mutasi barang.
d) Membuat daftar isian/ format
inventaris yang diisi sekali setahun per 1 April tentang keadaan barang.
e) Membuat daftar rekapilasi
tahunan. Daftar rekapitulasi ini menunjukan keadaan barang pada 1 April tahun
lalu, mutasi selama satu tahun dan keadaan barang pada 1 April tahun anggaran
berikutnya.
Blangko Inventaris


DAFTAR REKAPITULASI
INVENTARISASI BARANG
Blangko daftar
rekapitulasi barang inventarisasi

B. Penyimpanan
Penyimpanan adalah kegiatan yang
dilakukan oleh satuan kerja atau petugas gudang untuk menampung hasil pengadaan
barang/bahan kantor, baik berasal dari pembelian, instansi lain, atau yang
diperoleh dari bantuan.
Tujuan
penyimpanan barang/bahan kantor antara lain:
1.
Agar
barang tidak cepat rusak
2.
Agar
tidak terjadi kehilangan barang
3.
Agar
tersususn rapi sehingga mudah ditemukan apabila berang tersebut dicari
4.
Memudahkan
dalam pengawasan
5.
Memudahkan
dalam analisis barang
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
penyimpanan barang/bahan kantor :
1. Persediaan alat-alat pemeliharaan yang diperlukan
2. Pergudangan yang memenuhi syarat-syarat yang
ditentukan
3. Sifat barang yang disimpan
4. Sarana penyimpanan dan pemeliharaan
5. Prosedur dan tata kerja
6. Biaya yang disediakan
7. Tenaga yang diperlukan
8. Jangka waktu penyimpanan
Cara penyimpanan barang/bahan kantor :
1. Barang yang disimpan berdasarka klasifikasi (jenis,
berat, merk, dan satuan barang)
2. Barang yang disimpan dalam keadaan bersih
3. Barang yang disimpan dalam ruangan yang cukup
ventilasi
4. Barang yang disimpan di tempat yang memadai
5. Barang yang disimpan rapi dengan kode yang telah
ditentukan agar mudah dicari
6. Barang yang disimpan harus terhindar dari sengatan
matahari atau siraman air
7. Barang yang disimpan diruangan yang dapat
dikunci
8. Barang yan disimpan harus sudah dihitung dan dicatat
dalam buku persediaan
9. Barang yang biasanya dikeluarkan lebih cepat sebaiknya
diletakan dibagian terdepan, sebaliknya barang yang dikeluarka lebih lama
disimpan lebih dalam.
C. Pemeliharaan
Pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar
semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan
secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.
Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu
barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan.
Pemeliharaan mencakup segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan
agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Pemeliharaan dimulai dari
pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam menggunakannya.
Pemeliharaan yang bersifat khusus harus dilakukan oleh petugas yang mempunyai
keahlian sesuai dengan jenis barang yang dimaksud.
Tujuan
pemeliharaan Sarana Prasarana
1.
Untuk mengoptimalkan
usia pakai peralatan. Hal ini sangat penting terutama jika dilihat dari aspek
biaya, karena untuk membeli suatu peralatan akan jauh lebih mahal jika
dibandingkan dengan merawat bagian dari peralatan tersebut
2.
Untuk menjamin
kesiapan operasional peralatan untuk mendukung kelancaran pekerjaan sehingga
diperoleh hasil yang optimal
3.
Untuk menjamin
ketersediaan peralatan yang diperlukan melalui pencekkan secara rutin dan
teratur
4.
Untuk menjamin
keselamatan orang atau siswa yang menggunakan alat tersebut.
Manfaat
pemeliharaan Sarana Prasarana
2.
Jika peralatan
terpelihara baik, umurnya akan awet yang berarti tidak perlu mengadakan
penggantian dalam waktu yang singkat.
3.
Pemeliharaan yang
baik mengakibatkan jarang terjadi kerusakan yang berarti biaya perbaikan dapat
ditekan seminim mungkin.
4.
Dengan adanya
pemeliharaan yang baik, maka akan lebih terkontrol sehingga menghindar
kehilangan.
5.
Dengan adanya
pemeliharaan yang baik, maka enak dilihat dan dipandang.
6.
Pemeliharaan yang
baik memberikan hasil pekerjaan yang baik.
Macam dan Jenis Pemeliharaan
Sarana Prasarana
Ada beberapa macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan
di sekolah ditinjau dari sifat maupun waktunya. Ditinjau dari sifatnya ada
empat macam pemeliharaan sarana prasarana pendidikan di sekolah antara lain:
1. Pemeliharaan
perlengkapan bersifat pengecekan
2. Pemeliharaan
yang bersifat pencegahan
3. Pemeliharaan
yang bersifat perbaikan ringan
4. Perbaikan berat.
Sedangkan jika ditinjau dari waktu pemeliharaannya ada
dua macam pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan di sekolah antara lain:
1. Pemeliharaan
sehari-hari, seperti menyapu, mengepel lantai, membersihkan pintu
2. Pemeliharaan
berkala, misalnya pengontrolan genting, pengapuran tembok.
move ke akun blog baru saya
BalasHapusMaaf mbk bisa kirim format laporan Adminsitrasi sarana Prasaran . agung.cfc45@gmail.com
Hapuskami ucapan terimakasih
Baguss 🤗
BalasHapus